“Mama Sa mau pi mandi-mandi mama”
Tangisan Manuel anak
kecil yang sedari sore tadi menggandengku ke Jeti kian kencang ketika sang mama
dengan kejam dan tatapan kosong seakan-akan itu bukan anaknya. Mama Manuel
berteriak kencang “mati kau anak setan, anak babi” sambil menarik Manuel yang bertubuh kecil itu
menjauhi pinggir jeti.
Manuel berteriak, “sakit
mama sakit” mataku berkaca-kaca melihat pemandangan itu. Sebagai perempuan
hatiku hancur menyaksikan anak yang begitu kecil itu ditendang hingga
berguling-guling begitu. Dia anak lelaki pikirku dia harusnya bisa melawan.
Pikiranku berkecamuk dengan banyak hal “mengapa begini” “mengapa sebagai orang
tua mama itu begitu tega memperlakukan anaknya seperti binatang. Sungguh rasanya
aku ingin menolong Manuel.
Kata siapa Ibu tidak akan
tega membunuh anaknya, jelas saat itu di depan mataku aku menyaksikannya sendiri
Ibu menendang nendang anaknya, padahal anaknya sudah kesakitan hingga meringkuk.
Dan aku bagai patung!iya tubuhku mematung, kakiku gemetaran, telapak tanganku
dingin. Jika ingat kejadian itu aku merasa sangat bersalah pada Manuel, padahal
bocah malang yang ramah itu hanya ingin menemaniku melihat senja di jeti.
Aku berjalan perlahan di jeti
ketika tangan anak laki-laki kecil yang aku kenal menggandengku. Aku memang
senang melihat senja di jeti. Senja memerah nan indah di Papua rasanya begitu
berbeda. Matanya berbinar ketika melihat teman-temannya sangat jauh berbeda
ketika ia berjumpa dengan ibunya dan mengalami hal yang mungkin akan selalu
diingat selama hidupnya. Manuel hanyalah anak kecil yang penuh dengan
spontanitas yang ingin menikmati kebahagiaan bersama teman-temannya. Ia hanya
ingin menikmati kegembiraan. Selepas menggandeng tanganku dan aku duduk di
pinggir jeti. Ia membuka kaosnya dan bergabung bersama teman-temannya untuk
bermain lompat ke dalam air naik ke jeti berulang-ulang. Akupun mengabadikan momen
indah itu sampai akhirnya momen indah itu ternyata punya cerita pilu di
baliknya.
Makvee baru saja membaca berita di www.detik.com tentang penganiayaan terhadap
orang tua dengan nukilan berita begini “Pria berinisial ED tega menganiaya ibukandungnya. Penyebabnya, ED marah tak diberi uang yang diminta.
Kapolsek Depapre Ipda Usriyanto mengatakan
penganiayaan anak terhadap ibu kandungnya terjadi di Kampung Wambena, Distrik
Depapre, Jayapura, Papua, Jumat (31/1) sore. Laporan ini diterima polisi
langsung dari korban penganiayaan, Helena Demetouw (64), pada Sabtu (1/2/2020).”
Ada yang bilang bahwa kejadian masa kecil bisa
mempengaruhi seseorang untuk melakukan balas dendam ketika sudah dewasa. Bagaimana
kalau banyak anak kecil di Papua ternyata mengalami hal yang sama nasibnya
dengan Manuel?
Apa kabarmu Manuel? Terima
kasih untuk menemani kakak ke Jeti sore itu, maaf karena kakak terlalu menjadi
orang Jawa sehingga kakak tidak melalukan apapun untukmu. Kakak harap kamu jadi
orang baik. Karena apa guna pandai kalau tidak punya hati yang baik.
Ilustrasi foto bukanlah foto yang sebenarnya walaupun itu sama-sama foto milik saya. Karena terlalu vulgar dan bahkan foto ilustrasi diblokir instagram karena mengandung konten nudity. So ya foto ilustrasinya ini. Terima kasih sudah berkunjung.
9 comments
Aduh, piluuuu hatiku baca cerita ini.
BalasHapusDuh mb, kasihan Manuel. Itu akhirnya dirimu tau nggak kenapa mamanya Manuel begitu? Semoga Manuel baik-baik saja ya. Bisa jadi itu mama manuel ngalami KDRT juga. Jadi anak yang jadi korbannya.
BalasHapusAku sedih baca ceritamu..terkadang aku berpikir, apa memang kita harus bertahan dengan semua ketidakadilan? Krn seringkali kita bertidak malah makin runyam #la malah curcol..
BalasHapusPerlakukan mamanya itu akan tertanam terus di memorinya. Semoga kelak dewasa dia bisa berdamai dengan inner child-nya sehingga dia tidak berlaku kasar kepada siapapun.
BalasHapusPerlakuan orang tua ke anak yang tidak baik bisa direkam dan suatu saat anak akan melakukan kekerasan balik di saat sudah dewasa. Ngeri.
BalasHapusbayanginnya aja jadi sedih banget, suka kesal banget kalau ada yang jahat sama anak kecil gitu, mereka kan masih anak-anak yang pemikirannya belum bisa tahu mana baik mana enggak, efeknya betul kalau sudah besarnya mereka akan punya rasa dendam dan khawatirnya melampiaskannya, naudzubillah sih, inilah pentingnya jadi orangtua yang kokoh dalam ilmu, dan kematangan emosi
BalasHapusJeti itu semacam dak dak gitu ya. Tempat kamu biasa menghalu gila. Apakah kamu masih berhubungan alias kontakan sama orang-orang di sana, Kak? Keknya cakep kalau kamu buat postingan khusus papua
BalasHapusVee, pengalamanku luar biyasak ya ke luar pulau. Itu bahasa sehari2nya bisa bahasa Indonesia ga ya?
BalasHapusTerkadang, pola asuh ortu menurun dari entah generasi ke beraapa. Lalu menjadi tradisi. Belum dihimpit ekonomi dan dukungan yang hampir nihil dari pihak di sekitarnya. Kita tak pernah tau alasannya. Tapi bener, gak seharusnya membully siapapun, termasuk anak. Semoga Manuel sehat-sehat dan menjadi anak berbakti. Makasih Mbak ceritamu hari ini.
BalasHapus