Antara Jennie, Lagu India, dan Saya Ibu-Ibu Anak 3


Sebagai seorang ibu tiga anak yang hidupnya sudah cukup chaos tanpa perlu tambahan drama dunia hiburan, saya belakangan memang tidak terlalu mengikuti perkembangan musik K-pop. Bukan karena tidak suka, tapi karena playlist saya sekarang lebih banyak diisi lagu-lagu anak seperti "Baby Shark" atau "Twinkle Twinkle Little Star." 

Tapi begitu saya baca berita kalau Jennie Blackpink comeback dengan album Ruby dan lagu Like Jennie, saya mulai kepo. Bukan karena saya fans berat Jennie, tapi karena katanya lagu ini mirip lagu India. Nah, ini menarik. Sebagai ibu yang sudah terbiasa dengan segala macam musik latar dari video YouTube anak-anak saya dari nursery rhymes sampai lagu-lagu Bollywood yang entah kenapa sering muncul di autoplay saya cukup penasaran.

Jennie Blackpink akhirnya merilis album solo pertamanya yang berjudul Ruby, saya memang tidak langsung heboh.  

Tapi kemudian, berita itu makin sering muncul di timeline. Semua orang membicarakannya. Ruby ini bukan sekadar comeback biasa. Ini adalah pernyataan Jennie kepada dunia: "Aku di sini, dan aku bersinar."  

Sebagai ibu-ibu yang sudah kebal terhadap drama rumah tangga, perdebatan di grup WhatsApp, dan komentar nyinyir dari tetangga, saya jadi penasaran. Apa sih yang membuat Ruby ini begitu spesial?  

Dari "Solo" ke "Ruby"
Sudah hampir tujuh tahun sejak Jennie merilis lagu Solo pada 2018. Saat itu, dia menjadi anggota pertama Blackpink yang debut solo, dan lagunya sukses besar. Tapi setelah itu? Tidak ada album penuh, tidak ada comeback solo selama bertahun-tahun, sementara member lain satu per satu melangkah ke dunia musik dengan proyek solonya.  

Fans mulai bertanya-tanya: "Jennie kapan comeback solo lagi?"  

Lalu, di tahun 2023, dia keluar dari YG Entertainment dan mendirikan agensinya sendiri, Odd Atelier (OA). Kemudian mengeluarkan single Mantra. 


Ini langkah besar. Bukan hanya soal karier, tapi soal mengambil kendali penuh atas musik dan citranya sendiri. Dan akhirnya, pada 2025, Jennie kembali dengan album Ruby

Jadi, dengan semangat ala detektif ibu-ibu yang biasa membandingkan harga popok di berbagai marketplace, saya pun mendengarkan Like Jennie. Dan...  

Lagu India? Kok Saya Malah Ingat Soundtrack Film Tahun 2000-an?
Begitu lagu ini mulai, saya langsung mengernyit. “Lho, ini mirip lagu India bagian mananya?” 

Bukannya teringat film Bollywood, saya justru merasa vibe-nya kayak soundtrack film Charlie's Angels era 2000-an. Ada nuansa badass, ritme yang catchy, dan produksi musik yang jelas mahal.  

Tapi karena ibu-ibu zaman sekarang harus berpikir dua kali sebelum mengomentari sesuatu takut dikira nggak update, saya pun membuka YouTube dan mencari komentar netizen. Ternyata banyak yang merasa lagu ini ada kemiripan dengan lagu India, terutama dari sisi instrumen dan melodi. Ada yang bilang mirip lagu Bollywood era 90-an, ada yang bilang ini hanya tren global yang memang sedang populer.  

Sebagai ibu yang tiap hari dikelilingi suara tangisan bayi dan teriakan anak balita yang protes karena biskuitnya patah dua, saya tidak punya keahlian musik yang mendalam. Tapi saya tahu satu hal: industri musik, terutama K-pop, memang sering mengambil inspirasi dari berbagai budaya.

Jennie dan Lirik untuk Para Haters
Selain soal kemiripan dengan lagu India, yang bikin Like Jennie makin ramai dibahas adalah liriknya.  

Jennie sepertinya sudah lelah menghadapi omongan orang dan akhirnya memutuskan untuk membalas. Liriknya seperti pernyataan tegas bahwa dia tidak peduli dengan haters yang selama ini meragukannya.  

Sebagai seorang ibu, saya mendukung konsep ini. Betapa seringnya ibu-ibu seperti saya juga mendapat komentar pedas dari netizen dunia nyata? Dari cara mendidik anak, pilihan ASI atau susu formula, sampai seberapa cepat kita harus kembali langsing setelah melahirkan semuanya bisa jadi bahan perdebatan.  

Jadi ketika Jennie dengan percaya diri menyanyikan bahwa dia akan tetap menjadi dirinya sendiri tanpa peduli kritik orang lain, saya bisa relate. Terkadang, dalam hidup ini, kita memang harus punya mental "Like Jennie".

Tapi, Kalau Memang Mirip Lagu India, Apakah Itu Masalah?
Sebagai orang yang besar dengan tontonan Bollywood di TV lokal setiap Minggu pagi, saya paham kenapa beberapa orang merasa K-pop sekarang sering terinspirasi dari musik India. Tapi kalau memang ada kemiripan, apakah itu benar-benar buruk?  

Musik itu seperti masakan kadang kita mencoba berbagai bumbu dari budaya lain untuk menciptakan sesuatu yang baru. Selama tidak sampai menjiplak atau mengambil tanpa kredit, menurut saya, ini hal yang wajar.  

Lagi pula, yang lebih penting adalah bagaimana Jennie mengemas lagu ini dengan gaya dan karismanya sendiri. Dan terbukti, album Ruby langsung merajai tangga lagu di berbagai negara. Jadi, kalaupun ada pengaruh dari musik India, itu hanya menunjukkan bahwa industri musik sekarang semakin global dan saling memengaruhi. 

Kesimpulan: Like Jennie, Like Moms
Sebagai ibu-ibu yang sehari-hari lebih sering mendengar lagu anak daripada lagu trending di iTunes, saya mungkin bukan target market utama Jennie. Playlist saya lebih banyak berisi lagu-lagu yang dinyanyikan dengan suara cempreng si kecil, mulai dari Balonku Ada Lima sampai Baby Shark yang entah sudah berapa juta kali diputar. Jadi, ketika semua orang heboh membahas Like Jennie, saya sempat bertanya-tanya: "Ini lagu sebenarnya tentang apa sih?"  

Setelah akhirnya saya mendengar dan membaca liriknya, saya justru merasa relate dengan pesan yang disampaikan. Jennie, dengan lagu barunya, seolah ingin berkata, "Aku nggak peduli kalian ngomong apa, aku akan tetap jadi diriku sendiri."  

Dan di situlah saya merasa tertampar.  

Seberapa sering kita, para ibu, sibuk memikirkan apa kata orang?  

Dari sejak hamil sudah dihujani nasihat yang kadang tidak diminta. Nanti kalau lahiran normal atau sesar, ada saja yang mengomentari. Setelah anak lahir, mulai deh dibanding-bandingkan, "Anaknya kok belum bisa jalan?" atau "Duh, kok masih kasih ASI? Udah kasih susu formula aja, biar gampang." Begitu anak besar sedikit, makin banyak lagi komentar: "Jangan terlalu kasih gadget!", "Jangan kasih jajan sembarangan!", "Jangan terlalu keras, nanti anaknya trauma!", "Jangan terlalu lembek, nanti anaknya manja!"  

Jangan ini, jangan itu.  
Terkadang kita, sebagai ibu, sudah melakukan yang terbaik, tapi tetap saja ada yang merasa perlu mengkritik. Seolah-olah ada satu aturan baku yang harus diikuti semua orang dalam mengasuh anak. Padahal, setiap ibu punya caranya sendiri, setiap anak punya kebutuhannya sendiri, dan yang paling tahu apa yang terbaik untuk keluarga adalah kita sendiri.  

Lagu Like Jennie mengajarkan sesuatu yang harusnya juga kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari: 

Tidak semua kritik harus kita dengarkan, terutama jika kita sudah tahu siapa diri kita dan apa yang kita inginkan.  

Jennie sudah lama dikritik karena dianggap malas di panggung, karena sikapnya yang dingin, karena gaya hidupnya yang berbeda. Tapi lihatlah dia sekarang. Dia tetap bertahan, tetap berkarya, tetap menjadi dirinya sendiri, dan justru semakin sukses.  

Jadi, untuk semua ibu-ibu di luar sana yang sering ragu dan terlalu memikirkan komentar orang lain:  

Mungkin sudah waktunya kita semua sedikit lebih Like Jennie.  


Sebagai ibu-ibu yang sehari-hari lebih sering mendengar lagu anak daripada lagu trending di iTunes, saya mungkin memang bukan target market utama Jennie. Tapi dari semua perdebatan tentang Like Jennie, saya justru belajar satu hal penting:  

Terkadang kita harus berhenti terlalu memikirkan omongan orang dan tetap melakukan apa yang kita yakini.  Tidak perlu terus-menerus merasa bersalah karena tidak bisa memenuhi ekspektasi semua orang. Tidak perlu membiarkan suara-suara dari luar mengganggu ketenangan kita. Kita tahu yang terbaik untuk anak-anak kita. Kita tahu apa yang terbaik untuk keluarga kita.  

Jennie dengan lagu barunya mengajarkan bahwa tidak semua kritik harus kita dengarkan, terutama jika kita sudah tahu siapa diri kita dan apa yang kita inginkan.  

Jadi, kalau ada orang yang sibuk mengomentari cara kita mengasuh anak, cara kita bekerja, cara kita mengatur rumah tangga, cukup senyum, angkat alis sedikit, dan dalam hati bilang:  

"So what? I’m just like me, and I like it."

0 comments