Begini Rasanya Jadi Ibu: Dilarang Sakit!


Dulu, sebelum menikah dan punya anak, kesehatan buatku cuma sekadar “jangan sampai sakit.” Kalau batuk, tinggal beli obat. Kalau flu, istirahat sebentar juga sembuh. Pokoknya asal masih bisa beraktivitas, ya berarti sehat.  

Tapi setelah punya tiga anak yang aktif luar biasa, aku sadar bahwa menjaga kesehatan bukan cuma urusan pribadi, tapi juga tanggung jawab besar untuk keluarga.


Ketika Ibu Sakit, Rumah Ikut “Tumbang”  

Sebagai ibu, aku sudah mengalami sendiri bahwa satu hari saja sakit, rumah bisa berantakan total. Anak-anak mulai mencari-cari keberadaanku, suami berusaha mengambil alih tugas rumah tangga tapi tetap saja ada yang kurang.  

Pernah suatu hari aku terserang flu berat. Biasanya aku cuek saja, tapi kali ini beda. Anak-anak jadi ikut ketularan. Yang awalnya cuma aku yang bersin-bersin, besoknya si sulung mulai batuk, lusa si kembar mulai demam. Rasanya seperti efek domino yang tak terhindarkan. Ketika aku sakit juga terasa rumah seperti menjadi murung, anakku yang sulung ada di dekatku terus dan bilang "ibu sakit" dengan suara bergetar mau menangis, si kembar juga jadi lebih rewel, suamiku juga jadi keteteran sana sini.

Saat itulah aku benar-benar tersadar: kalau aku tidak menjaga kesehatanku, keluargaku juga ikut terdampak. 

Sekarang aku tahu rasanya jadi Ibu. Setelah berjauhan dengan Ibu ada banyak hal yang ingin aku ungkapkan kepada wanita hebat itu.

Ibu, ibu... adalah pahlawan tanpa jubah, yang dengan kesabaran dan ketulusan, membimbingku melewati setiap musim kehidupan. Kau ajarkan aku arti keberanian tanpa harus berkata banyak, kau tunjukkan keteguhan hati dengan cara yang sederhana dalam doa-doa yang kau panjatkan setiap malam, dalam pelukan hangat yang selalu bisa menenangkan segala resahku.

Tak terhitung berapa kali aku jatuh, dan tanpa ragu Ibu selalu ada untuk membantuku bangkit kembali. Ketika dunia terasa terlalu berat, suara lembut Ibu menjadi pengingat bahwa aku tidak sendiri. Ketika aku merasa ragu pada diriku sendiri, Ibu selalu menjadi orang pertama yang percaya bahwa aku bisa melewati semuanya.

Duh maaf jadi melow gini semenjak jadi Ibu kalau ingat Ibu sendiri jadi gampang mewek. Karena ternyata ya seorang Ibu tetap membutuhkan Ibunya.

Lanjuuuuut..

Kesehatan Itu Bukan Sekadar Tidak Sakit


Seiring waktu, aku juga mulai paham bahwa sehat bukan cuma soal nggak sakit, tapi soal punya energi, daya tahan, dan ketenangan pikiran untuk menjalani hidup.

Sehat itu
1. Bangun pagi dengan badan segar, siap menghadapi hari.  
2. Tidak gampang lelah setelah mengurus anak seharian.  
3.  Punya imun yang kuat, sehingga nggak gampang tertular penyakit.  
4.  Pikiran juga sehat, tidak gampang stres atau burnout.  

Karena itu, aku mulai lebih peduli pada pola hidup sehat, bukan hanya untukku, tapi juga untuk keluarga.  

Langkah Kecil untuk Kesehatan Besar 

Menjaga kesehatan keluarga itu nggak perlu muluk-muluk, cukup dengan kebiasaan kecil yang dilakukan konsisten.  

1. Makan Sehat Itu Wajib, Bukan Opsional  
Dulu, aku pikir makan sehat itu ribet. Tapi setelah melihat anak-anak gampang sakit kalau kebanyakan jajan, aku mulai lebih selektif. Sayur, buah, dan protein harus selalu ada. Junk food boleh, tapi sebagai selingan, bukan kebiasaan. 

Terutama kurangin Gorengan dan makanan manis serta minuman manis. Sedikit cerita aku baru saja mengalami luka yang susah sembuh dan malah menyebar menjadi luka di sebelahnya

Dan baru-baru ini, aku kena tamparan keras soal kesehatan. Aku kena "darah manis". 

Maaf untuk pemandangan yang tidak sedap

Darah manis? Awalnya aku kira ini istilah buat orang yang hatinya lembut dan penuh kasih sayang. Tapi ternyata, ini kondisi medis beneran, yang bikin luka kecil susah sembuh dan malah menyebar ke bagian tubuh lain.  

Ceritanya begini, beberapa minggu lalu aku punya Luka kecil di kaki cuma lecet biasa. Aku pikir bakal sembuh dalam beberapa hari. Tapi anehnya, luka itu malah nggak kunjung kering. Malah, muncul luka lain di sebelahnya. Aku mulai curiga.  

Maaf untuk pemandangan tidak sedap dipandang mata

Akhirnya aku periksa ke dokter, dan vonisnya bikin aku sedikit panik: infeksi karena darah manis

Apa Itu Darah Manis?
Darah manis atau dalam istilah medis disebut prurigo adalah kondisi di mana kulit seseorang gampang mengalami reaksi berlebihan terhadap luka kecil, gigitan serangga, atau gesekan. Luka yang harusnya sembuh dalam beberapa hari malah bertahan lebih lama, bahkan bisa menyebar.  

Penyebabnya bisa bermacam-macam, mulai dari gula darah yang tinggi, daya tahan tubuh yang rendah, hingga faktor alergi dan stres. Dalam kasusku, sepertinya ada hubungannya dengan pola makan yang berantakan.  

Gorengan? Suka banget.
Minuman manis? Langganan.
Cemilan tinggi gula? Teman setia.

Dan ya, semua itu bisa memperburuk kondisi darah manis.  

Kurangi Gorengan dan Makanan Manis!
Setelah dapat diagnosa ini, aku mulai serius merombak pola makan. Gorengan dan makanan manis harus dikurangi drastis.Aku sadar, selama ini aku terlalu memanjakan lidah tanpa mikirin dampaknya ke tubuh.  

Kenapa gorengan dan makanan manis harus dikurangi?  

a. Gorengan bisa bikin peradangan makin parah.
Minyak yang dipakai berkali-kali itu penuh dengan lemak trans yang bisa memicu inflamasi di dalam tubuh. Luka yang harusnya cepat sembuh malah bisa makin meradang.  

b. Makanan dan minuman manis bikin gula darah naik.
Kalau gula darah tinggi, tubuh lebih sulit melawan infeksi. Itulah kenapa luka jadi lebih lama sembuh dan gampang menyebar.  

c. Sistem imun jadi lebih lemah.
Terlalu banyak konsumsi gula bisa menurunkan daya tahan tubuh, bikin kita lebih rentan kena infeksi.  

Jadi, sekarang aku lebih banyak makan sayur, protein sehat, dan air putih. Kalau pengen ngemil, aku ganti dengan buah. Rasanya memang nggak segreget gorengan atau es kopi susu, tapi kalau itu bisa bikin tubuh lebih sehat, kenapa nggak?  

2. Olahraga Bisa Dimulai dari yang Sederhana 
Siapa bilang olahraga harus ke gym? Main kejar-kejaran dengan anak-anak juga olahraga!Aku mulai membiasakan untuk jalan pagi bareng keluarga di akhir pekan atau sekadar stretching ringan sebelum tidur.  

3. Tidur yang Cukup Itu Kunci!
Aku sadar bahwa kurang tidur bukan lencana kehormatan seorang ibu. Dulu aku sering begadang, tapi sekarang aku tahu bahwa ibu yang cukup istirahat akan lebih sabar dan bertenaga menghadapi anak-anak.

4. Jaga Kesehatan Mental Juga!
Kesehatan bukan cuma fisik, tapi juga mental. Aku belajar untuk meluangkan waktu buat diri sendiri, entah itu membaca buku, minum teh sambil mendengarkan musik, atau sekadar duduk diam tanpa distraksi.  

Sehat Itu Investasi, Bukan Beban


Kadang kita mikir, jaga kesehatan itu mahal. Makan sehat mahal, olahraga butuh waktu, istirahat butuh pengorbanan. Tapi kalau dipikir-pikir lagi, sakit jauh lebih mahal. Bayangkan biaya dokter, obat-obatan, dan waktu yang terbuang cuma buat pemulihan.  

Dan yang lebih penting lagi, sehat bukan cuma buat diri sendiri, tapi buat orang-orang yang kita sayang. Kalau aku jatuh sakit, siapa yang bakal ngurus anak-anak? Kalau aku lemah, bagaimana aku bisa mendampingi mereka tumbuh besar? Kalau aku nggak peduli sama tubuhku sendiri, bagaimana aku bisa ngajarin mereka buat mencintai tubuh mereka?  

Jadi sekarang, aku lebih milih buat investasi ke kesehatan daripada nanti nyesel di kemudian hari. Aku mau melihat anak-anakku tumbuh kuat, ceria, dan sehat. Aku mau mereka punya kebiasaan baik sejak kecil, supaya nanti mereka nggak harus susah payah belajar hidup sehat saat sudah dewasa.  

Dan yang paling penting, aku mau bisa menikmati hidup bersama mereka lebih lama. Aku mau ada di samping mereka saat mereka lulus sekolah, saat mereka menikah, saat mereka punya anak sendiri. 

Aku mau jadi nenek yang masih kuat main sama cucu-cucuku nanti, bukan nenek yang cuma bisa duduk di kursi roda karena dulu malas menjaga kesehatan.  

Dan yang paling penting, aku ingin tubuh ini tetap kuat agar aku bisa memeluk mereka lebih lama, menggandeng tangan mereka lebih jauh, dan menemani mereka dalam lebih banyak momen berharga. Aku ingin mendengar tawa mereka, melihat mereka sukses, dan tetap menjadi tempat mereka pulang.

Karena pada akhirnya, harta paling berharga bukanlah uang atau rumah mewah, tapi tubuh yang sehat dan keluarga yang bahagia. Karena tubuh yang sehat berarti aku bisa tetap ada untuk mereka, lebih lama, lebih kuat, dan lebih penuh cinta.

0 comments