Dulu, saya adalah pejuang garis dua
Perjuangan saya penuh dengan drama: dari beli test pack berbagai merek (dari yang murah sampai yang mahal katanya bisa mendeteksi hamil sejak dini bohong besar!), cek kalender ovulasi tiap hari, sampai berusaha santuy di depan suami biar nggak kelihatan terobsesi.
Setiap kali ada teman yang upload foto test pack dengan dua garis merah tegas, saya selalu zoom-in, memastikan itu bukan garis halu yang kebanyakan kena cahaya atau efek filter Instagram.
Sekarang? Saya sudah lulus. Bukan cuma satu, tapi langsung tiga anak! Dan, saudara-saudara, izinkan saya mengumumkan bahwa perjuangan sejati baru dimulai setelah garis dua itu muncul.
Selamat datang di dunia pejuang garis satu!
Dulu Berburu Garis Dua, Sekarang Berburu Garis di Test Pack Lain
Dulu, tiap bulan saya dag-dig-dug nungguin hasil test pack kehamilan. Sekarang? Saya dag-dig-dug nungguin hasil test pack penyakit anak-anak.
Anak demam dikit? Cus, test strip demam berdarah.
Batuk pilek agak lama? Oke, test COVID.
Ruam merah di badan? Waduh, jangan-jangan cacar.
Hidup saya sekarang penuh garis-garis lain yang tak kalah mendebarkan. Kalau dulu setiap telat haid bawaannya harap-harap cemas, sekarang setiap anak tiba-tiba diam tanpa suara di rumah, saya langsung curiga. Antara mereka tidur, bikin onar, atau sakit. Dan percayalah, kemungkinan kedua lebih sering terjadi.
Dulu Mimpi Punya Anak, Sekarang Mimpi Bisa Tidur Nyenyak
Saya ingat betul, dulu sering bermimpi tentang bayi-bayi lucu, pipi gembul, aroma bedak bayi yang bikin candu. Pokoknya, gambaran keibuan yang damai dan penuh kasih sayang.
Sekarang? Mimpi saya sederhana: tidur tanpa interupsi.
Anak pertama saya sebut saja Kakak sekarang berusia 29 bulan. Artinya, dia sudah di tahap "Ibu, aku mau minum air!" setiap jam 2 pagi. Sementara si kembar yang baru 9 bulan? Ah, mereka duet maut bangun tengah malam, gantian nangis kayak konser boyband yang sold out.
Dulu saya kepikiran beli skin care mahal biar glowing. Sekarang? Saya glowing alami dari minyak rambut yang belum sempat keramas.
Dulu Drama Test Pack, Sekarang Drama Popok
Pejuang garis dua pasti paham betapa deg-degannya melihat test pack. Nah, sekarang saya punya drama lain: stok popok yang tiba-tiba habis.
Saya punya bayi kembar, dan popok itu ibarat emas di rumah. Sekali habis di tengah malam, saya harus memilih:
1. Keluar cari minimarket, bertaruh dengan rasa ngantuk dan kantong mata yang sudah level panda.
2. Cari popok yang masih agak kering untuk “didaur ulang” sementara (tolong jangan hakimi, pejuang garis satu pasti ngerti).
Jangan salah, drama popok ini lebih menegangkan daripada nungguin hasil test pack!
Dulu Bertanya-tanya Kapan Hamil, Sekarang Bertanya-tanya Kapan Bisa ke Toilet Sendiri
Salah satu kebahagiaan pejuang garis dua adalah ketika akhirnya bisa mengumumkan kehamilan. Saya dulu juga begitu. Bangga, bahagia, langsung bikin konsep foto untuk Instagram.
Tapi sekarang, sebagai pejuang garis satu, saya bertanya-tanya hal yang lebih filosofis: Kapan terakhir kali saya bisa ke toilet sendiri?
Percayalah, pipis atau BAB dalam kesendirian adalah kemewahan yang nyata. Saat saya masuk kamar mandi, pasti ada yang nyusul:
- Kakak: "Ibu lagi ngapain?"
- Si kembar: (nggak ngomong, tapi ikut teriak kayak paduan suara).
Saya bahkan pernah harus menggendong bayi sambil jongkok di toilet. Multitasking level dewa.
Dulu Ingin Menyusui Eksklusif, Sekarang Ingin Makan Eksklusif
Sebagai pejuang garis dua, saya pernah bertekad menyusui eksklusif. Saya googling semua teknik menyusui, beli pompa ASI terbaik, bahkan ikut seminar laktasi.
Ternyata, yang tidak saya persiapkan adalah saya sendiri bakal kesulitan makan!
Bayi nemplok di dada kanan, yang satu lagi nangis di stroller, Kakak minta makan, dan suami? Ah, dia mungkin juga lapar, tapi urutan prioritasnya ada di bawah daftar panjang tugas domestik saya.
Kadang saya cuma bisa makan nasi dingin, lauk sisa, dan teh yang sudah basi. Kalau ada kesempatan makan panas, saya bahagia sampai mau menangis.
Dulu Hamil Jadi Perhatian, Sekarang Harus Berjuang Sendiri
Waktu hamil, semua orang perhatian:
- "Jangan angkat berat!"
- "Makan yang banyak ya!"
- "Jangan kecapekan!"
Tapi setelah lahiran? Wah, dunia berubah.
Sekarang saya bisa menggendong bayi kembar sambil masak, sambil nyuapin Kakak, sambil ngebales chat kerjaan. Mana ada yang melarang saya capek?
Dan kalau saya protes? Jawaban standar:
"Namanya juga ibu, ya harus kuat."
Bahkan superhero aja butuh istirahat, Boss!!!
Garis Dua Itu Baru Permulaan
Buat para pejuang garis dua yang masih berjuang, saya nggak mau nakut-nakutin. Sungguh. Saya tahu betapa besar harapan yang kalian bawa, betapa kalian rela mencoba segalanya demi melihat dua garis merah itu muncul.
Tapi izinkan saya memberi pesan penting: garis dua itu bukan akhir perjalanan. Itu baru permulaan.
Setelah garis dua, ada tangisan bayi yang harus ditenangkan, ada popok yang harus diganti, ada malam-malam panjang yang harus dijalani. Tapi di antara semua kekacauan itu, ada juga tawa kecil yang bikin hati meleleh, ada tangan mungil yang menggenggam jari kita erat, ada panggilan "Ibu" yang membuat semua lelah seolah tak berarti.
Buat kalian yang masih berjuang di fase test pack, jangan menyerah. Saya tahu betapa mendebarkannya menunggu garis kedua itu muncul. Saya tahu bagaimana rasanya setiap bulan berharap, hanya untuk kembali dihantam kenyataan. Saya tahu bagaimana sulitnya menahan air mata saat melihat orang lain menggendong bayi mereka, sementara kalian masih menggenggam test pack kosong harapan.
Percayalah, saya juga pernah ada di sana. Pernah merasakan pahitnya menunggu, berharap, dan kadang kecewa. Tapi satu hal yang saya pelajari adalah: setiap ibu punya jalannya sendiri, dan setiap perjuangan pasti ada akhirnya. Entah itu melalui kehamilan alami, bayi tabung, adopsi, atau cara lainnya yang jelas, kalian tidak sendiri. Ada banyak orang di luar sana yang mengerti perjuangan kalian, yang siap mendukung kalian, yang paham betul bahwa menjadi ibu bukan soal garis di test pack, tapi soal ketulusan hati dalam mencintai.
Dan buat sesama pejuang garis satu, kita juga butuh semangat. Kita dulu berpikir bahwa perjuangan berakhir setelah hamil, tapi ternyata tidak. Perjalanan kita baru dimulai saat bayi itu hadir, saat tangisan pertama mereka menggema di ruang bersalin, saat tangan mungil mereka menggenggam jari kita, saat malam-malam panjang kita diwarnai begadang, menyusui, mengganti popok, dan sesekali menangis diam-diam di kamar mandi karena lelah yang tak bisa dijelaskan.
Tapi di antara semua kekacauan itu, ada momen-momen kecil yang membuat segalanya berharga. Ada tawa bayi yang tiba-tiba muncul saat kita sudah di ujung kewarasan. Ada panggilan "Ibu" pertama yang membuat hati kita meleleh. Ada genggaman tangan kecil yang mengingatkan kita bahwa kehadiran kita di dunia ini berarti bagi mereka.
Jadi, buat yang masih berjuang menuju garis dua, tetaplah berusaha. Percayalah, jalan kalian mungkin berliku, tapi tidak ada usaha yang sia-sia. Dan buat yang sudah menjadi pejuang garis satu, jangan lupa untuk memberi semangat juga kepada diri sendiri. Kita boleh lelah, kita boleh menangis, tapi kita juga boleh bangga.
Karena setelah ini, perjuangan masih panjang. Akan ada hari-hari yang lebih menantang, akan ada tantrum, akan ada PR sekolah, akan ada masa remaja yang penuh drama. Tapi, hey! Kita ibu. Kita pasti bisa. Dan di antara semua kekacauan itu, kita juga akan menemukan kebahagiaan yang tak tergantikan.
Jadi mari kita terus berjalan, terus tertawa, dan terus berjuang. Karena ibu bukan hanya tentang melahirkan, tapi tentang mencintai tanpa batas, berkorban tanpa pamrih, dan bertahan meski kadang ingin menyerah. Dan kalau sesekali kita merasa lelah? Ingat, kita tidak sendiri. Kita punya satu sama lain.
0 comments