Begitu mendengar "Nina", kita mungkin langsung mengira ini lagu pengantar tidur yang lembut. Tapi kalau diperhatikan lebih dalam, ini lebih dari sekadar lullaby ini adalah surat cinta, janji setia, sekaligus kegelisahan seorang ayah kepada anaknya. Lagu ini berbicara tentang perjalanan hidup yang tak sempurna, tentang pengorbanan yang sering kali tak terlihat, dan tentang harapan yang disisipkan dalam doa-doa diam-diam.
Dari awal, .Feast membawa kita ke dalam dinamika hubungan seorang ayah dengan anaknya. Ada rasa bersalah yang samar, ada kasih sayang yang mendalam, dan ada ketakutan yang tak bisa dihindari—takut tidak bisa selalu ada, takut tidak bisa melindungi selamanya.
"Saat engkau tertidur, aku pergi menghibur
Beda kota, pisah raga, bukan masalahku"
Baris ini menggambarkan sosok ayah yang harus meninggalkan rumah demi pekerjaan. Ada semacam pembenaran dalam kalimat "bukan masalahku", seolah-olah ia ingin meyakinkan diri bahwa jarak bukan sesuatu yang harus disesali. Tapi semakin lirik ini berjalan, semakin jelas bahwa perpisahan ini menyisakan perasaan yang lebih dalam.
"Tumbuh lebih baik, cari panggilanmu
Jadi lebih baik dibanding diriku"
Harapan seorang ayah selalu sederhana: melihat anaknya tumbuh menjadi sosok yang lebih baik. Ada pengakuan implisit di sini bahwa ia punya kekurangan, bahwa ia ingin anaknya belajar dari kesalahan yang pernah ia buat. Ini bukan sekadar nasihat kosong, ini adalah doa yang tak pernah diucapkan secara langsung.
Lalu masuk ke bagian yang paling menyentuh:
"Dan tertawalah saat ini selepas-lepasnya
Kar'na kelak kau 'kan tersakiti"
Ini bukan sekadar peringatan, ini adalah kenyataan pahit. Seorang ayah tahu bahwa anaknya tidak akan selamanya hidup dalam dunia yang aman. Akan ada luka, akan ada kecewa, akan ada rasa sakit yang tidak bisa dihindari. Tapi di balik itu, ada keyakinan bahwa sang anak akan tetap kuat, tetap hebat, tetap mampu menghadapi dunia yang penuh duri ini.
Musik dalam lagu ini pun mendukung nuansa emosionalnya. Dimulai dengan aransemen yang tenang, perlahan membangun intensitas seiring dengan luapan emosi di liriknya. Suara Baskara yang khas membawa perasaan lirih, namun tetap penuh keyakinan seperti seorang ayah yang mencoba terdengar tegar meski hatinya berat.
Pada akhirnya, "Nina" bukan hanya lagu tentang hubungan ayah dan anak. Ini juga bisa menjadi cerminan dari banyak hubungan manusia yang terpisah oleh keadaan, tetapi tetap diikat oleh rasa kasih yang mendalam. Ini tentang janji yang mungkin tak selalu bisa ditepati, tapi tetap diusahakan. Ini tentang cinta yang mungkin tak selalu hadir secara fisik, tapi selalu ada dalam hati.
Dan ketika lagu ini selesai, ada satu pertanyaan yang tertinggal: Apakah kita pernah benar-benar memahami pengorbanan orang tua sebelum kita sendiri dewasa?
0 comments